KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkah rahmat
dan hidayah-Nya kami masiih diberi kesehatan dan kesempatan untuk membuat sebuah makalah. Shalawat dan
Salam kami hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti sekarang
ini.
Dan tak lupa kami ucapkan banyak
terimakasih kepada Dosen, Orang Tua, dan teman- teman yang telah membantu dan
mendukung kami dalam membuat makalah ini.
Alhamdulillah, dengan waktu yang telah ditentukan, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas dari salah satu mata kuliah kami
yaitu Ibunka Rikai. Makalah ini membahas tentang “Pernikahan dan Pemakaman di
Jepang”.
Kami berharap makalah ini dapat membantu kita semua dalam memahami
budaya-budaya Jepang salah satunya yaitu budaya pernikahan dan pemakaman di
Jepang.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaaan makalah-makalah selanjutnya.
Padang, November 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
depan...................................................................................................................i
Kata pengantar...................................................................................................................1
Daftar
isi............................................................................................................................2
BAB
I PENDAHULUAN
a.Latar
belakang............................................................................................................3
b.Rumusan Masalah ....................................................................................................3
c.Tujuan ……...............................................................................................................3
BAB II ISI
a. Pengertian Pernikahan ............................................................................................4
b. Sejarah Pernikahan..................................................................................................4
c.
Waktu dan Tempat
untuk Perayaan Pernikahan Di Jepang....................................4
f. Pakaian dan
Perhiasan Perayaan Pernikahan diJepang............................................7
g. Souvenir dan Hadiah saat Perayaan
Pernikahan di Jepang…………………..…....8
h. Pemakaman di Jepang..............................................................................................9
BAB III PENUTUP
a.
Kesimpulan............................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan
a. Latar belakang
Jepang merupakan negara yang
dijuluki Negara Matahari Terbit dan Negeri Sakura. Dikatakan demikian karena di
Jepang mayoritas penduduknya beragama Shintou yang menyembah matahari sehingga
disebut Negara Matahari Terbit. Sedangkan julukan Negeri Sakura diberikan
karena banyak bunga sakura yang tumbuh di tanah Jepang.
Negara Jepang begitu
terkenal dengan kemajuan alat- alat teknologi yang begitu canggih, Negara yang
juga dikenal sebagai Negara maju banyak menciptakan penemuan-penemuan baru yang
membuatnya menjadi contoh bagi Negara- Negara lain. Negara
yang dikenal dengan berbagai kepintarannya dalam melakukan segala hal, tak
terlepas dari kinerja dan dukungan-dukungan serta hubungan-hubungan anatara
pemerintah dengan masyarakat. Tetapi dibalik Kesuksesan suatu Negara pasti tak
Terlepas dengan suatu kebudayaan yang terdapat di dalam Negeri itu sendiri.
Masyarakat akan kesulitan hidup tanpa adanya budaya. Kebudayaan dan adanya
Budaya Di jepang sendiri mulai muncul sejak Zaman Purba- Zaman Pertengahan-
Zaman PraModern- Zaman Modern hingga Zaman Sekarang ini.Kebudayaan dan Budaya
masih tertanam di dalam kehidupan masyarakat Jepang, hal ini dapat ditandai
Dengan ikatan-ikatan mereka terhadap leluhur dan cara- cara menghargai leluhur
dan mempertahankan serta menjaga tradisi-tradisi yang telah ada hingga sekarang
ini.
b.
Rumusan masalah
1.
Menjelaskan tentang konsep pernikahan di Jepang.
2.
Menjelaskan tentang waktu dan tempat dalam pernikahan di Jepang.
3.
Mejelaskan tentang
jenis-jenis pernikahan di jepang.
4.
Memaparkan tentang bagaimana tata cara pemakaman
di jepang.
c.
Tujuan
1. Memberi wawasan pada
pembaca tentang pernikahan tradisional yang ada di Jepang.
2. Memberi informas pada
pembaca tentang pernikahan modern yang ada di Jepang.
3. Memberi pemahaman
pada pembaca tentang tata cara pemakaman di Jepang.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Penikahan
Pernikahan merupakan rencana
untuk meneruskan keturunan, pemenuhan kebutuhan biologis yang dilakukan secara sah yaitu didalam Agama dan
secara hukum
B.
Sejarah Pernikahan di Jepang
Sistem pernikahan di Jepang terus menerus berubah
bersamaan dengan kondisi dan sistem sosial masyarakat. Perubahan penting yang
terjadi pada sistem pernikahan di Jepang adalah saat munculnya para “bushi”
pada abad ke-14.
Sistem pernikahan Jepang yang awalnya “Muko-iri” (婿入り) atau sistem matrilineal, yaitu mempelai pria tinggal
dan menjadi bagian dari keluarga mempelai wanita. Setelah muncul bushi, sistem
pernikahan di Jepang berubah menjadi “yome-iri” (嫁入り) atau sistem patrilineal, yaitu mempelai wanita tinggal
dan menjadi bagian dari keluarga mempelai pria saat sang mempelai wanita telah
melahirkan anak atau telah kehilangan kedua orang tuanya.
Pada zaman feodal, pernikahan di Jepang sering
digunakan sebagai alat politik dan diplomasi untuk menjaga kedamaian dan
persatuan di kalangan penguasa pada masa tersebut. Selain itu, pria dan wanita
tidak bisa dengan mudah memilih calon mempelai yang diinginkan. Pada masa
tersebut muncul “nakodo”(仲人), orang yang
menyiapkan dan mengatur pernikahan untuk kedua belah pihak.
C.
Waktu & Tempat Untuk
Perayaan Pernikahan Di Jepang
Perayaan
pernikahan di Jepang biasanya diadakan pada musim semi dan musim gugur, karena
pada saat musim semi dan musim gugur dianggap sebagai hari baik untuk
melangsungkan upacara pernikahan. Masyarakat Jepang masih percaya dengan
kalender Jepang yang menerangkan hari baik dan buruk. Hari yang paling bagus untuk
pernikahan adalah taiyan. Hari
yang paling jelek adalah futsumetsu. prosesi pernikahan Jepang
hanya memakan waktu dua sampai tiga jam.
Tempat untuk melaksanakan pernikahan sesuai dengan apa yang mereka inginkan
dan denganagama yang dianut oleh mereka. Biasanya tempat pernikahan diadakan di
kuil Shinto, Buddha ataupun digereja. Ada juga yang melangsungkan pernikahan di
tempat-tempat umum lainnya seperti di Hotel dan lain sebagainya.
D.
Tahapan sebelum pernikahan Di jepang
Omiai (Acara Perjodohan)
Omiai adalah pertemuan antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai persiapan menuju perkawinan bila keduanya merasa cocok atau
disebut juga sebagai acara perjodohan. Pada umumnya omiai diadakan oleh seorang
perantara yaitu nakodo(Perantara). Nakodo bisa juga berasal dari anggota keluarga atau teman
dari orang yang akan mengikuti omiai tersebut. Omiai biasanya diadakan di tempat umum seperti restoran dan lain
sebagainya.
Yuino(Acara Pertunangan)
Yuino adalah upacara tradisional pertukaran hadiah antara kedua calon pengantin.
Upacara berupa pesta makan malam dimana kedua belah pihak yang bertunangan
makan dan minum bersama, saling memberikan hadiah dan merayakan penyatuan kedua
keluarga. Acara ini adalah gaya resmi pertunangan dan pasangan yang saling
kenal. Yuino dilaksanakan pada waktu pagi hari dipilih pagi karena
keyakinan mereka bahwa pagi hari membawa keberuntungan dan ini mengikuti
kalender tradisional Jepang. Sebelum
pada hari yuino tunangan akan memberikan kain sabuk atau obi, pakaian atau hakama,
dan sejumlah uang pemberian. Sedangkan prosesi berganti pakaian dalam pernikahan
disebut oironaoshi.
Barang-barang yang digunakan sebagai hadiah disebut
juga “yuino-hin”. atau barang seserahan tersebut harus memiliki jumlah
yang ganjil, yaitu 5,7, atau 9. Angka ganjil dianggap membawa keberuntungan
oleh orang Jepang, sedangkan angka genap merupakan kebalikannya, yaitu dianggap
dapat membawa petaka. Barang-barang yang dijadikan
yuino-hin :
· Mokuroku (目録): Daftar barang yang
diberikan saat Yuino
· Naga-noshi (長熨斗): Kerang abalone yang
sering digunakan di Jepang sebagai kerajinan tangan dan melambangkan umur
panjang. Biasa diberikan untuk hadiah perayaan.
· Kinpoudzutsumi (金包包): Tempat untuk
menaruh uang yang akan digunakan dalam yuino (Yuino-kin). Uang tersebut
digunakan untuk membeli obi mempelai perempuan (goobi-ryou), dan hakama
untuk mempelai lelaki (gohakama-ryou)
· Katsuo-boshi (勝男節): Ikan bonito kering
yang melambangkan harapan agar pernikahannya dapat bertahan lama
· Surume (寿留女): Ikan kering yang
melambangkan harapan agar pernikahan tersebut dapat bertahan lama.
· Konbu (子生婦): Rumput laut kering
yang melambangkan kesuburan, dengan harapan pasangan tersebut berbahagia.
· Tomoshiraga (友白髪):Kumparan benang rami
yang melambangkan harapan agar pasangan tersebut dapat terus bersama hingga
tua.
· Suehiro (末広): Kipas lipat yang
melambangkan kebahagian dan masa depan yang lebih baik.
· Yanagi-daru (家内喜多留): tempat penyimpanan
sake yang terbuat dari pohon willow. Melambangkan kepatuhan dalam pernikahan
Kekkon-shiki
(Upacara Pernikahan)
v
Upacara Pernikahan Dengan
Cara Tradisional‘Shinzen Kekkonshiki (神前結婚式)
Upacara pernikahan
dengan cara tradisional biasanya dilakukan di tempat-tempat ibadah seperti di
Kuil Shinto ataupun Buddha. Hal ini dilakukan sesuai dengan keinginan dan agama
yang dianut oleh kedua mempelai.
Adapun tata cara
melangsungkan upacara pernikahan tradisional :
ü Mempelai diantar keluarga,
teman, kerabat ke kuil
ü Melaksanakan upacara
pernikahan tradisional dengan ajaran Agama Shinto
ü Keluarga berkumpul, kedua pengantin berdiri ditengah
lalu diiringi dengan lagu tradisional kiyari
ü Pendeta memimpin doa
ü Pengantin pria membaca sumpah perkawinan kepada
pengantin wanita
ü Melaksanakan san-sankudo yakni Kedua pengantin minum
anggur sebanyak 9 kali dri 3 cangkir yg disediakan
ü Dihadapan pendeta kedua pengantin mengucapkan janji
suci
ü anggota keluarga, teman dan kerabat dri kedua mempelai
saling meminum sake secara bergilir yg menandakan adanya ikatan dan persatuan
antara kedua keluarga mempelai
ü upacara ditutup dengan mengeluarkan senejins pohon
keramat yg ditunjukkan kepada dewa Shinto yg bertujuan mengusir roh jahat
v
Upacara Pernikahan
Dengan Cara Modern (Kirisuto-Kyou
Shiki/Ala Barat)
Upacara pernikahan
ini dilakukan dengan meniru gaya system pernikahan ala Barat. Biasanya mempelai
melangsungkan pernikahan di Gereja walaupun mereka sendiri tidak Bergama
Kristen dan jga dilakukan di hotel ataupun restoran. pernikahan modern biasanya
menggunakan jas dengan dasi panjang, sedangkan pengantin perempuannya
menggunakan menggunakan gaun putih panjang.
E.
Jenis- jenis Pernikahan di Jepang
ü 職場結婚 (Shokuba Kekkon)
Shokuba Kekkon diambil dari kata Shokuba yang
artinya tempat kerja dan kekkon yang artinya pernikahan. Jadi shokubakekkon
adalah suatu pernikahan dimana mempelai pria dan wanita pertama kali bertemu
dan menjalin cinta di tempat kerja.
ü 恋愛結婚 (Renai Kekkon)
Renai artinya dalam bahasa jepang yaitu cinta romantic, sedangkan kekkon
artinya pernikahan. Jadi jika kedua kata digabungkan menjadi suatu perkawinan
dengan cinta yang romantic. pernikahan renaikekkon adalah suatu pernikahan yang
diawali dengan adanya saling cinta antara kedua mempelai tanpa uluran tangan
orang lain.
ü 見合い結婚 (Miai Kekkon)
Miaikekkon artinya suatu pernikahan yang
diawali dengan bantuan orang lain atau dalam bahasa indonesianya mak comblang.
Biasanya mereka kenal setelah diperkenalkan oleh orang tua, saudara, teman atau
jasa seperti take him out atau take me out. rasa cinta biasa timbul setelah
mereka diperkenalkan oleh mak comblang tersembut.
ü 国際結婚 (Kokusai Kekkon)
Yang dimaksud dengan kokusaikekkon adalah
suatu pernikahan yang dilakukan oleh orang jepang dengan orang berwarganegaraan
lain. Contohnya pernikahan yang dilakukan oleh orang Jepang dan orang
Indonesia. Fenomena pernikahan iini sudah terjadi pada zama Meiji lalu, yaitu
banyaknya perniikahan antara orang jepang dengan orang eropa.
F.
Pakaian dan Perhiasan Perayaan
Pernikahan diJepang
pasangan pengantin memakai pakaian tradisional kimono. pengantin perempuan
memakai kimono tradisional pernikahan yang disebut dengan shiramuku (kimono putih), sedangkan pengantin pria
memakai montsuki haori hakama. Sedangkan untuk para tamu,
pakaian yang digunakan untuk menghadiri pernikahan hendaknya black suit untuk
para pria. Sedangkan untuk wanita lebih baik menggunakan gaun,
kimono, atau pakaian lainnya.
Sebelum pernikahan biasanya mempelai wanita akan diminta memilih antara dua
topi pernikahan tradisional. Yang pertama adalah penutup kepala pernikahan
berwarna putih yang disebut tsuni kakushi (secara
harfiah bermakna menyembunyikan tanduk). Tutup kepala ini dipenuhi dengan
ornament rambut kanzashi di bagian atasnya
dimana mempelai perempuan mengenakannya sebagai tudung untuk menyembunyikan
tanduk kecemburuan, keakuan, dan egoism dari ibu mertua yang sekarang akan
menjadi kepala keluarga. Ada juga yang menyebutkan tutup kepala ini
melambangkan ketetapan hatinya untuk menjadi istri yang patuh dan kesediaannya
untuk melaksanakan perannya dengan kesabaran dan ketenangan. Hiasan kepala lain
yang dapat dipilih adalah wata boushi yaitu
wajah mempelai perempuan benar-benar tersembunyi dari siapapun kecuali mempelai
pria. hal ini menunjukkan kesopanan yang sekaligus mencerminkan kualitas
kebijakan yang paling dihargai dalam pribadi perempuan.
Hiasan Kepala Pengantin Wanita
G. Souvenir
Dan Hadiah Saat Perayaan Pernikahan Di Jepang
Di akhir resepsi pernikahan, souvenir pernikahan Jepang yang disebut hikidemono akan diletakkan di dalam tas dan
diberikan pada tamu untuk dibawa pulang. Souvenir ini biasanya berupa permen,
peralatan makan, atau pernak-pernik pernikahan. hikidemono
Begitu pula dengan para pengunjung tamu pernikahan. Mereka wajib memberikan
hadiah untuk sang mempelai. Tapi dalam pemberian hadiah ada suatu larangan
memberikan benda yang dapat memotong sesuatu seperti gunting, benda pecah belah
atau benda yang mudah pecah seperti peralatan makan yang terbuat dari kaca atau
sebuah keramik. Karena barang-barang tersebut dipercaya akan membuat retaknya
pernikahan.
goshuugi
Jikalau tidak sempat
memberikan hadiah berupa barang, hadiah dapat diganti dengan uang yang
disebut Goshuugi (congratulatory monetary gift) yang
dimasukan ke dalam amplop khusus yang disebut Shuugibukuro (congratulatory envelope),
Goshuugi tersebut diberikan
kepada resepsionis pernikahan sambil mengucapkan salam persahabatan Yaitu Kekkon omedetou gozaimasu.
Suenagaku oshiawaseni
(Selamat atas penikahan anda. Semoga awet dan berbahagia)
(Selamat atas penikahan anda. Semoga awet dan berbahagia)
H. Pemakaman di Jepang
Upacara pemakaman di jepang disebut dengan
istilah soushiki, yang
berasal dari kata sou [mengubur] dan shiki [upacara]. kebanyakan penduduk
jepang yang memeluk agama Budha dan Shinto, hampir 90% soushiki dilakukan
menurut agama budha.
₪ UPACARA SEMAYAM
Sebelum proses semayam, jenazah
dimandikan dan ditutup lubang telinga dan hidungnya dengan kapas. Jenazah
kemudian diberi pakaian berupa setelan jas [untuk pria] atau kimono [untuk
wanita]. Setelah itu jenazah dibaringkan di dalam peti. Di
sebelah peti mati diletakkan meja kecil yang dihiasi bunga dan lilin. Selama
proses semayam, pihak kelurga almarhum memberitahukan kabar duka pada semua
kerabat dan rekan almarhum agar bisa memberikan penghormatan terakhir. Para tamu yang yang ingin mengucapkan duka cita pada
keluarga almarhum umumnya mengenakan pakaian berwarna hitam.
₪ PEMAKAMAN
almarhum akan diberikan nama
Budha baru yang disebut dengan kaimyo.
Pemberian tersebut bertujuan untuk mencegah arwah almarhum kembali ke jenazah
saat namanya dipanggil. Panjangnya nama yang diberikan pada almarhum tergantung
besarnya jumlah sumbangan uang yang diberikan kelurga almarhum pada kuil Budha.
Setelah upacara berakhir, para tamu dipersilahkan meletakkan bunga ke dalam peti
mati sebelum disegel menggunakan paku dan dibawa kereta jenazah menuju
krematorium atau kuburan.
₪ KREMASI
Pada saat proses kremasi, peti
yang berisi jenazah pertama-tama diletakkan di atas penampang untuk didorong
masuk kedalam ruang kremasi. Kejadian tersebut disaksikan para anggota keluarga
almarhum. Proses kremasi berjanlan sekitar 2 jam, setelah itu pihak keluraga
memisahkan bagian abu dan tulang almarhum dan bagian tulang di masukan ke kendi atau guci.
₪ PENGUBURAN
Di Jepang kuburan keluarga [haka] umumnya terdiri dari monumen
batu nisan dengan ruang kecil tempat menyimpan bunga dan dupa. Di depan batu
nisan terdapat tempat air dan sebuah ruang bawah tanah untuk menyimpan abu.
Nama almarhum diukir di depan atau sebelah kiri monumen nisan, sedangkan di
sebelahnya diukir tanggal digalinya kuburan dan orang yang membeli kuburan
tersebut.
·
Okoden/ Uang duka
Okoden adalah uang duka
yang diberikan pelayat kepada keluarga almarhum. Okoden diberikan dengan
tujuan membantu meringankan beban biaya yang ditanggung keluarga almarhum.
1.
Jangan gunakan uang
baru untuk uang duka.
2.
Jumlah uang yang
harus diberikan bervariasi tergantung kedekatan dengan almarhum. 5000-10.000
yen adalah jumlah yang umum untuk teman/kolega.
3.
Hindarilah angka 4
dan 9 pada pemakaman, karena 4 dalam bahasa Jepang dibaca “shi”yang
bunyinya sama dengan mati, dan 9 dapat dibaca “ku”, yang bisa merujuk ke
“kurushii” atau menderita.
4.
Gunakanlah amplop dengan pita hitam dan putih khusus untuk Okoden.
BAB III
PENUTUP
Negeri Bunga Sakura mempunyai beragam pemeluk agama.
Tetapi mereka punya agama yang paling dominan di sana, yakni Shinto. Karenanya
banyak dari masyarakat Jepang yang melakukan prosesi pernikahan dengan ritual
adat Shinto. Upacara umat Shinto tidak seperti upacara pernikahan kebanyakan
yang siapa saja diperbolehkan hadir dan selama itu tidak bertentangan dengan
kaidah agama mereka, tetapi ritual satu ini memang bersifat tertutup serta
hanya boleh dihadiri oleh anggota keluarga terdekat saja.
Upacara
pemakaman di jepang disebut dengan istilah soushiki, yang
berasal dari kata sou [mengubur] dan shiki [upacara]. kebanyakan penduduk
jepang yang memeluk
agama Budha dan Shinto, hampir 90% soushiki dilakukan menurut agama
budha.
Upacara
pemakan di Jepang memakan biaya yang sangat besar. Bila digabungkan mulai dari upacara
pemakaman hingga penguburan, seluruhnya rata-rata menghabiskan biaya sebesar 4
juta yen, yang merupakan upacara pemakaman termahal di dunia. Penyebab utama
mahalnya harga tersebut disebabkan karena orang Jepang tidak mau bernegosisasi
dengan pihak perusahaan jasa pemakaman karena alasan gengsi tidak ingin
dianggap perhitungan pada keluarganya. Karena itu banyak pengusaha jasa
pemakaman memanfaatkan kesempatan dengan memasang harga tinggi bekerjasama
dengan pihak penjual bunga, pendeta kuil, dll. Selain itu semakin terbatasnya
lahan untuk kuburan membuat harga tanah makin mahal, bahkan di beberapa di kota
besar seperti Tokyo sudah tidak ada lagi tempat yang bisa dijadikan kuburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar